Jati Diri
berbuat kala teramati,
berlangkah saat orang pandangi
lalu mereka melempar puji
itu lumrah
hidup,
yang menurut petunjuk arah
berbuat, saat sepi
berfikir dalam sendiri
kala tak satupun amati
itu leluasa
tapi jika itu yang terasa ber-asa
arti jalan diri tlah tersua
teruskan!
itu murninya tenaga
deru panggilan genap jiwa
jangan henti!
hidup perlu ada prasasti
(5 Maret 2021)
ilustrasi : says.com |
Boneka Panda
boneka panda itu memandangiku
Ia mengapung di deras sungai
tersangkut pada ranting melintang
pada rautnya ada bahasa;
"sudikah kau memungutku tuan?"
"sungai ini kotor"
sejenak ku menimbang;
-cuma boneka-
bahkan gadis yang tersangkut (padaku)pun,
tak kupungut semua
menyusur ke penjuru lain ku coba tak acuh
boneka panda itu terus pandangiku
Ia baru alami hari buruk
dihempas ke sungai oleh tuannya,
bersama beberapa buntalan sisa
pada raut-kumal-nya kubaca;
"mengapa mereka membuangku?"
"siapa yang sampah?"
jawabku;
"bukan kau, tapi mereka!,
merekalah yang..."
(15 Februari 2021)
Image by Flickr |
Akasia
Pagi ini aku menjenguknya,
juga sore kemarin
mungkin esok kan kutandang lagi
sudah lima minggu ia tegak
pohon akasia kecil itu tumbuh di serasah
kuturuni tegalan dan kusapa ia
benih yang tak pernah kutanam itu
dedaunnya berlomba
pucuk demi pucuk
kini mungil itu mulai tinggi
tuk melihat ia lebat kelak,
aku merasa berumur
"hai akasia kecil, tumbuhlah"
dan aku,
ingin tetap hidup
menikmati rindangmu
(11 Juni 2020)
sumber gambar: humanpart.medium.com |
Hari Biasa di Gedung Buku
(kepada Ningsih)
"kau masih mengingatku?"
-pikirku di suatu pagi-
sudah belasan tahun
sejak jalan kita masih searah
jejak sepatu kita pasti tlah terhapus
di lantai-lantai gedung,
tempat buku-buku berjajar
pada kampus dimana mimpiku tak tentu
canggungmu kudapati,
kala kuajukan pertanyaan-sapa-ku
" 'nyari' buku apa?"
ah, itu hari biasa kala itu
adakah kau...
mengunjunginya lagi?
gedung tempat buku-buku bersusun
mengapa kau mengingat;
aku yang seorang 'tersesat'?
mungkin kau...
cuma bosan
saban penghujung hari
disayat sepi
(11 Februari 2021)
Adakah kau nikmati udara sore ini,
sayangku
tentang kelebat bendera di Agustus
tentang daun bambu cakari atap beranda
tentang gurat-gurat awan oranye,
menembus celah dedaun
juga si kecil dalam dekap neneknya;
terus pandangi canda angin
dalam sayup udara itu,
tiba tiba kau minta
tiba tiba kau minta
agar pohon merindang itu ditebas
oh tidak!
bahkan rumput liar diantara batu pun,
aku berbinar akan hadir mereka
tak mampu ku tengkar hijaunya dedaun
sayangku,
adakah kau nikmati hijaunya sore ini?
(22 Agustus 2019)
oh tidak!
bahkan rumput liar diantara batu pun,
aku berbinar akan hadir mereka
tak mampu ku tengkar hijaunya dedaun
sayangku,
adakah kau nikmati hijaunya sore ini?
(22 Agustus 2019)
Luka
telah lama kusimpan dalam
luka, nganga
tiada terbasuh airmata
tanpa terurai kata-kata
luka, nganga
tiada terbasuh airmata
tanpa terurai kata-kata
busuk-ku yang ditebar camar
dikutuk dicela di ramai pasar
tidak!, jngan katakan!,
jangan ingatkan kalau aku pecundang
jangan berlari, didepanku yang pincang
jangan ingatkan kalau aku pecundang
jangan berlari, didepanku yang pincang
jangan!
aku sudah luka(30-Juli 2017)